Skip navigation

Disclaimer:
o Postingan berat ringan *kaya’ tinju*
o Tolong dibaca dengan hati lapang dan jiwa yang tenang
o Sangat dianjurkan untuk berdebat, karna debat sebagian dari iman membuat kita lebih cerdas.
o Sori kalo nyinggung2 agama karna emang itu tujuannya 😀
o Enjoy it 😎

*

*

*

*

“Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum, sampai kaum itu mengubahnya sendiri”

Dari begitu banyak tukang tafsir dinegara ini, dari sekian banyak umat sang Nabi di Indonesia, dan dari segitu banyak mujahidin2 yang siap mati dijalanNya.. bangsa ini tetep aja terbelakang. Apa ada yang kurang? Eh apa mungkin orang2 kita kurang beriman? Ah ngga kaya’nya mah. Ibadah rajin, ngaji tiap malem, ngajiin orang di blogsphere banyak.. trus kenapa ngga makmur2 ya?
“Ah, kalo kate ustad ane mah nikmat akherat ntar nyang kite dapet.. biarin di dunia sengsara kelaperan..
STOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOP!!!!
Saya coba review..
Di Negara-negara ini yang notabene kebanyakan adalah negara kafir, dengan pajak sungguh2 tinggi (denmark tercatat potongan pajak penghasilan sekitar 40%) adalah negara2 yang makmur nan bahagia. Kenapa bisa bahagia? mungkin ya.. ini mungkin lho..

1. karena Pemerintahan yang baik

Pemerintah yang baik belum tentu pemerintah yang kafir ber-agama, tapi pemerintah yang baik itu bercita-cita ingin memakmurkan rakyatnya dengan melakukan semua pekerjaannya secara jujur, konsekuen, welas asih, gemar menabung, tidak sombong de el el de el el. Pemerintah ini memiliki program2 yang bertujuan meningkatkan kecerdasan bangsa dan rasa cinta rakyatnya pada tanah airnya. Karena cinta adalah kata kuncinya. Raja yang cinta rakyatnya maka akan dicintai rakyatnya.

2. Karena Aparat-aparat Hukum yang tegas

Maling ayam dihukum ringan, dan Koruptor dihukum Mati. Simpel kan? Tapi hukum seperti itu harus dijalankan oleh aparat yang punya dedikasi tinggi dan menghayati sekali bahwa uang tanda terimakasih sama dengan sogokan dan itu lebih dosa daripada sekedar lupa pake peci.

3. Karena Jenderal2nya yang setia pada negara.

Tugas dari tentara adalah penjaga kehormatan dan kesatuan suatu bangsa. Itu perlu dicamkan baik-baik. Tenrata bukanlah satuan pengamanan dari pengusaha2 kaya yang melakukan bisnis illegal. Apalagi Jenderal berbintang. Fungsi mereka adalah panglima militer yang setiap harinya memantau kondisi bangsanya agar selalu aman dan sentosa dari gangguan luar dan dalam., bukan menjaga keutuhan bisnis illegal cukong2 Singapura agar selalu bebas pajak dari pemerintahnya.

Hal-hal tersebut diatas akan menimbulkan hukum sebab-akibat dimana rakyatnya akan mencintai bangsanya. Dan jika telah terjadi chemistry diantara mereka, maka kemakmuran akan tercipta.. dan dari siapa kemakmuran itu tercipta?? Orang yang merasa beragama pasti tau jawabannya.. yak tepat sekali!! DARI TUHAN.

Si ucrit : “Loh.. loh.. jadi Tuhan ngasih berkah juga to sama negara kapir?”
Pa’ e : “Lah iya.. emang koe pikir Gusti Pangeran itu katro po? Ngapain Dia mbikin orang banyak-banyak, beda-beda kalo nantinya yang masuk nirwana itu cuman yang KTP nya agama itu doing atau yang tiap malem ngaji tapi paginya ngobrak ngabrik rumah orang..
Si ucrit : “emang surga ada ya pa’e?”
Pa’e : 😕

Loh ko’ jadi ndak pokus gini? .. saya kan lagi cerita negara..
Okeh kembali ke laptop persoalan.

Nah sekarang bagaimana dengan Indonesia?

Dari 3 hal yang tadi disebutkan diatas, satupun tidak ada yang masuk. Pemerintah kita belum punya itikad baik dalam membangun negara, apalagi mencerdaskan kehidupan bangsa, Bahkan roda politik pun kacau balau. Lah sekolah aja makin mahal. Aparat hukum? Ini apalagi.. udah keterlaluan ini, dari level pengacara murahan sampai Jaksa agung bisa dihitung jari yang bersih. Militer, jenderal? Waaaaaaaaahhhhhhh…. Ente tau sendiri lah. Rakyatnya? Inipun harus dibangun kesadaran nasional dimana kalau kita mau maju, mau berubah, dan mau-mau yang lain karena orang kita banyak maunya dan maunya gratisan ya harus dimulai dari diri sendiri. Sudah sampai mana kita mendisiplinkan diri kita dan menanamkan rasa cinta pada tanah air? Apa yang sudah kita perbuat untuk memajukan negara ini?

Jangan sampai terjadi lagi kelaparan di negeri ini, anak kecil makan nasi aking, anak-anak tidak bisa sekolah karena tidak ada uang. Karena anak2 ini adalah anak2 bangsa yang akan melanjutkan generasi masa depan. Anak-anak cerdas akan membuat bangsa yang cerdas.

Jadi, sekali lagi bukanlah suatu agama yang membuat Tuhan melimpahkan berkahNya.. tapi kebaikanlah yang membuat Tuhan selalu memberkahi kita. 😎

37 Comments

  1. stop kelaparan!! okeh

  2. itulah repotnya mas brain hidup di sebuah negeri yang menjadikan politik sebagai panglima. kekuasaan dan kursi mlulu yang diuber. rakyat mau kelaparan, bahkan berujung maut, aiapa ambil peduli. yang penting kocek tambah tebel, bisa jalan2 keluar negeri, kalo perlu pamer kemewahan kepada rakyat kecil yang terpaksa harus makan nasi aking. nauzubillahi min zalik.

  3. secara singkat sih:

    Sepertinya kita-kita ini sudah cukup puas dengan label negara yang religius atau negara yang berketuhanan. Nah karena dah puas, wajar donk kalo sekarang nyante-nyante aja , nunggu masuk surga. 😆

  4. @ sawali

    Sebenarnya “mental dari human resource”nya ini pak yang kacau balau.. bukan politik atau agama atau yg lain2..

    @ dana

    ya itu tadi.. biarin lah di dunia sengsara, yang penting matinye di sorga hehehe

  5. Kita adalah bangsa yang suka dengan simbol-simbol. Seakan-akan dengan simbol .. bisa menjadi negara maju. Kita juga sering melupakan hakikat bernegara. Kita terkotak-kotak .. hei, bukan kah bangsa Belanda berhasil menjajah kita karena kita memang suka dikotak-kotak. Ingat dong dengan politik devide et impera *benar ga spell-nya?* ..

  6. Itulah Indonesia, Bung…

    Nikmati sajalah…

  7. Memang yang dikau sebutkan tadi faktor-faktor yang membuat negara kita begini. Tiga hal penting di Indonesia gagal dipenuhi pemerintah dengan baik;- stabilitas pangan, pendidikan, dan kesehatan. Miris Brain! Pertanyaan saya, tapi walau dengan keadaan yang demikian apakah benar rakyat Indonesia tidak merasa bahagia? Ini karena saya ingat dengan istilah Gross National of Happiness (GNH).

  8. ::itulah mungkin, mengapa sekarang, ada angkatan yang disiapkan, seperti Brain, Dana, Teguh, Farid, Joyo, Tito dan entah siapa lagi, yg mungkin sudah mengenal bagaimana sungai dialirkan, sehingga berikutnya, banjir lokal tidak terjadi, karena sungai sudah mengalir dengan semestinya, sebab tampak kemana harus mengalir…eeh..ini bukan cerita banjir yak.. 😆

  9. kadang terlintas dalam pikiranku, mengapa orang lain yang tidak muslim terlihat lebih muslim daripada sebagian muslim itu sendiri, setidaknya dalam perilaku pejabat pemerintahannya ? apa sebenarnya yang salah ?. Tapi mungkin inilah bentuk transformasi yang sedang berjalan, semakin luas wawasan seorang muslim maka transformasi akan berjalan lebih cepat tanpa harus mengorbankan identitas sebagai seorang muslim, mungkin demikian..jika ada yang kurang setuju silahkan didebat. Thanks

  10. mengenai akhir postingan.
    saya setuju bahwa Tuhan melimpahkan berkahnya bukan melihat agama apa yang idanutnya, namun kepada orang-orang yang percaya kepadaNya dengan penuh keyakinan dan menjadi cermin dari sifat pengasih dan penyayangnya. Berkah adalah rahasia Tuhan, Dialah yang tahu siapa-siapa yang akan mendapatkannya.
    —salam–

  11. saya hanya bisa berkata, mari hidupkan hati dan nurani untuk tak membiarkan sekeliling kita kelaparan… makasih mas supportnya…

  12. saya masih cinta tanah air..
    dan tetap bertambah meski sedih…

  13. Agama memang tidak menghasilkan apa-apa.. 😀

  14. @ erander

    coba kotak itu dirubah menjadi bulat, mungkin akan lebih mudah menggelinding dan cukup fleksible dikondisi apapun. yah, kotak itukan cermin keras kepala.. hehehe

    @ Nazieb

    walah.. kasian buat anak2 mu dimasa depan nanti jib.. 😆

    @ Yoga

    Pertanyaan saya, tapi walau dengan keadaan yang demikian apakah benar rakyat Indonesia tidak merasa bahagia? Ini karena saya ingat dengan istilah Gross National of Happiness (GNH)

    ketika kita terlahir dinegara ini, otomatis kita harus menerima kenyataan kondisi suatu negara ini. Bahagia atau tidak, tak akan merubahnya. Demonstrasi, kerusuhan, sampai ingin melepaskan diri dari NKRI.. itu adalah bukti dari ketidakbahagiaan dari rakyat. Ketika suatu bangsa berada dalam kondisi bahagia, anda tak akan menemukan suatu kelompok masyarakat yang ingin melepaskan dirinya dari negara tersebut.
    Jadi, apakah bahagia? anda tau sendiri jawabannya.

    @ zal

    yang nyiapin siapa ya? 😕

    @ Daeng

    setuju daeng,
    “jangan perdebatkan agama mu, tapi perdebatkan ahlak mu”
    manusia terus berkembang, berfikir kearah yang lebih baik, brtransformasi demi kebaikan. 😀

    @ gempur

    sama-sama mas!!

    @ Moerz

    saya juga cinta tanah air, justru kerna cinta itu kita harus berbuat.. tunjukan cinta mu *halah* :mrgreen:

    @ qzink

    mangkanya, jangan minta makan sama agama.. agama ga punya penghasilan hehehe

  15. sebenarnya di negara kita perlu ditanamkan jiwa wirausaha yang tinggi agar kelaparan tidak merajalela! (nyambung gak nich komentar nya!?)

  16. Ane cuma mau komen dikit aja, gak panjang-panjang. Ane mau nyorotin salahsatu masalah dari sekian masalah yang tengah dihadapi negara ini yaitu kemiskinan. Jika konteks ayat yang disitir dalam postingan di atas, ditarik ke dalam persoalan kemiskinan, maka kurang lebih maknanya menjadi, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum yang berada dalam kemiskinan, hingga kau miskin tersebut berupaya sekuat tenaga untuk merubahnya dengan usaha yang gigih.”

    Miskin, adalah sebuah kosa kata serapan dari bahasa Arab. Kata miskin sendiri terambil dari kata SAKANA yang berarti; diam, tidak bergerak, dan tinggal. Dari akar katanya, maka miskin dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana seseorang tidak mengalami kemajuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang paling mendasar. Kemiskinan juga lebih diakibatkan oleh adanya sikap pasif atau diam dalam mencari karunia Allah, atau tidak memiliki inisiatif dan ikhtiar yang cukup dalam ‘kasab’ (mencari nafkah. nah, kata kuncinya adalah “diam”.

    Kemiskinan hanya akan dapat dientaskan, jika individunya tidak diam. Ia harus memiliki semangat bekerja, ghirah dalam mencari dan mendapatkan rizki yang telah Allah tebarkan di muka bumi ini. Diam dalam mencari nafkah, bisa berbentuk kemalasan atau bahkan sama sekali tidak mau bekerja. Allah SWT sendiri telah menjamin bahwa siapapun manusia yang “bertebaran” mencari rizki, maka Allah akan memberikannya. Jadi, kemiskinan secara umum “diciptakan” oleh diri kita sendiri. Berapa banyak para sarjana yang tetap lebih senang mempertahankan status sebagai sarjana pengangguran, hanya karena merasa ingin bekerja di perusahaan bonafide dan atau sesuai dengan latar belakang juga tingkat pendidikannya? Berapa banyak para sarjana yang mau menjadi kuli angkut di pelabuhan, supir angkutan umum, menjadi buruh tani, penarik beca, atau bidang-bidang usaha lain yang sebenarnya terbuka? Padahal, sekali lagi, karunia Allah itu sangat luas dan banyak jika kita mau mencarinya.

    Selain individu yang bersangkutan, pengentasan masalah kemiskinan juga memerlukan peran pemerintah, karena pemerintah memikul amanat untuk mensejahterakan rakyatnya, termasuk di dalamnya dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Jadi, pemerintah tentu saja tidak boleh “diam”, karena diamnya pemerintah secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kemiskinan.

    Setelahnya individu dan pemerintah, yang juga memikul tanggungjawab untuk mengentaskan kemiskinan adalah masyarakat umum. Partisipasi setiap anggota masyarakat menjadi sangat penting, karena dalam struktur sosial di negara manapun, selalu ada strata miskin dan kaya. Yang ane maksud dengan partisipasi masyarakat, secara gampangnya kurang lebih adalah: sikap saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin. Yang kaya taat bayar pajak, jika kebetulan seorang muslim dia juga taat mengeluarkan zakat, menciptakan lapangan kerja dan beramal sosial. Sedangkan yang miskin, harus mampu menunjukkan sikap amanah ketika menerima uluran tangan dari yang kaya, dan memiliki semangat memperbaiki status ekonominya.

    Ketiga komponen ini; individu, pemerintah dan masyarakat secara kolektif, harus berjalan secara bersamaan. Tidak bisa sendiri sendiri. Ambil contoh; Pemerintah sudah sedemikian rupa menggelontorkan dana untuk membiayai berbagai program pengentasan kemiskinan, tafi ternyata masyarakat tidak memanfaatkannya dengan baik, bahkan sering dianggap jika bantuan pemerintah adalah “uang rokok” belaka, yang akhirnya akan menguap dengan begitu saja. Mungkin sodara pernah denger dana P2KP, P3T, dana hibah pemerintah untuk KUKM? Lha, mana hasilnya?

    Demikian pula dengan permasalahan lainnya, seperti pendidikan, politik, kebangsaan dan lain sebagainya. Semuanya memerlukan sikap pro aktif dari 3 komponen bangsa tadi. Tidak boleh ada yang berdiam diri… kudu ada kesadaran kolektif untuk memperbaiki bangsa ini. 🙂

    Ane kagak bisa panjang-panjang, segitu aja komen ane… :mrgreen:
    *siyul-siyul*

  17. klo mikirin negara ini jadi esmosi, apa lagiklolihat brita di tv,errghghhhhhhh

    itulah kenapa negara ini ga maju-maju, lha yang katanya mengatas namakan rakyat aja masih sikut-sikutan rebutan kursi dan kekuasaan

  18. @ nico

    masih nyambung ko’ 😛
    iya bener banget, tapi kadang pemerintah sering kurang mendukung kewirausahaan masyarakatnya

    @ cabe rawit

    😯 kurang panjang bro.. hehehe

    sinergi ya? sinergi antara pemerintah dan masyarakat. bener banget, tapi justru itu yang terus menghambat laju pembangunan di Indonesia. mental masyarakat dan pemerintahnya (termasuk saya mgkn) belum pada pencapaian kesadaran berbenah diri. otak2 rakus masih banyak disekitar kita, ga’ peduli kaya atau miskin. yang kaya, pengen tambah kaya, yang miskin malas berusaha.. bukti kongkretnya, Pemerintah doyan berhutang dan masyarakat banyak yang hobi mengemis. itu menandakan mental minta2 belom berubah dan entah kapan bakal berubah.

  19. semoga kita bisa memulai dari diri kita sendiri

  20. bang… usul boleh ya…
    Gak tau laptop ane yang jelek, atau mata ane yang mulai rabun… theme-nya item, hurufnya juga kecil jadi susah bacanya… 😥

  21. ::wait and see dech.. 😆 , namun selama ini yg terjadi, yang protes keras, selalu jadi panglima yang dituding korup itu… sampe pristiwa 98, begitu udah menikmati… jadi engga jelas maksud protesnya dulu..

  22. hahaha…
    enak ya jadi orang kaya

  23. Itulah negeri kita…. banyak orasi, banyak teori, banyak menasihati, banyak menganggungkan budaya2 kita yang santun lebih dari budaya bangsa lain, tapi teladan di lapangannya hampir mendekati 0 (nol), penuh kemunafikan, hanya manis di kata2 saja. Untuk itu sudah saatnya kita berubah……….

  24. @ baliazura

    sabar mas jangan esmosi dulu, lebih baik kita berbuat sesuatu.. 🙂

    @ realylife

    amiiinnn

    @ cabe rawit

    ah, mate ente aje kali nyang kotok wkakaka.. :mrgreen:
    nanti deh ane coba ganti lagi theme nye

    @ zal

    alhamdulillah ane kaga’ pernah ikutan demo.. hehehe ane sibuk boss 😛

    @ antown

    maybe??

    @ Yari NK

    padahal katanya udah reformasi ya om? masa’ harus reformasi jilid 2 sih.. 😆

  25. Brain, kebahagiaan itu relatif. Seringkali ketika orang melihat saya sedang dalam kondisi prihatin, tapi dihati kok ternyata bahagia-bahagia saja. Mengenai GNH, data terakhir yang saya tahu ada disini;- http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/UNSSC/UNPAN026298.pdf

    Secara nasional kita sama tahu bangsa kita prihatin dan belum bahagia. Tulisanmu bagus dan penting untuk mengingatkan setiap orang untuk terus menerus memikirkan perubahan.

    Merdeka bro!

    btw, boleh gak sharing banner di bawah ini?

  26. jadi mestinya kita tinggal di negara kapir aja?
    ato negara ini mesti jadi kapir? :mrgree:

  27. sama halnya dengan postingan ini
    salam kenal 🙂

  28. ya gmn mo maju…
    ngomongnya atas nama rakyat…
    tau nya atas nama pancasila…ck..ck..ck…
    kasian….

  29. semoga saja agama tidak dijadikan tameng utk melancarkan berbagai kebijakan yg semakin “mengimpit” kebebasan rakyat tuk mendapatkan kehidupan yg layak.. 😦

  30. bro, ane nyerah klo dah ngomongin pemerintah, bawaannya jadi pengen brantem mulu…

  31. Indonesia indonesia, majulah bangsaku

  32. Pemerintah lebih seneng ngurusin calon gubernur BI bro, daripada ngurusin rakyatnya yang kelaparan… 😦

  33. waduh, berat juga ya masalahnya. dukung br4inst0rming aja deh. 😀

  34. Apa yang sudah kita perbuat untuk memajukan negara ini?
    belum ada

    *berlalu sambil tertunduk

  35. heran gw. berapa banyak mahasiswa sastra di Indonesia….??? kalimat ;
    tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mengubah dirinya
    itu artinya tuhan nyuruh kita berusaha.. gak ada itu duit yang tiba-tiba turun dari langit

  36. ayo kita mulai dari sekarang

  37. Hika….hiks…*menangis* walaupun berat untuk dikata….aku setuju…


2 Trackbacks/Pingbacks

  1. By Jalinan Tali Kasih « Atap Senja on 21 Mar 2008 at 6:20 pm

    […] Arul -Kang Herry http://rumahkayubekas.wordpress.com/2008/03/15/peduli-peduli-yuk-kita-peduli/ -Gun2 -Danalingga -Kang Kombor -Pak Gempur -Pak Sawali -Siwi -Nazieb -Qzink -Daeng Limpo -Um Mble -Ridu -Almas -Mihael DB -Ikhsan […]

  2. […] Mihael DB, Abeayang, almascatie, QZink, Daeng, Limpo, Pak Gempur, Pak Sawali,  Siwi, Ridu, Ikhsan, Titov, Oktaendi, itikkecil,  Tikabanget, Restlessangel, Cak Bud dan seluruh kawan blogger yang […]

Leave a comment